MENGAPA PERKEMBANGAN IPTEK MELESAT DI ZAMAN MODERN?
Oleh: Sjamsul Bahri
Alumni S3 IPB (1987), Purnabakti Profesor Riset Kementan, dan Sekretaris APPERTANI 2021-Sekarang
RINGKASAN
Peradaban manusia yang telah berlangsung selama ribuan tahun terus berubah dan berkembang menuju peradaban yang modern dengan dicirikan antara lain oleh perkembangan IPTEK. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa IPTEK adalah motor penggerak perubahan peradaban manusia, yang sekaligus juga sebagai salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. UNESCO (2021) melaporkan bahwa ada hubungan yang jelas antara investasi dalam riset dengan daya saing ekonomi nasional (1). Dalam hal ini negara-negara dengan investasi lebih dari 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam riset dan pengembangan (R&D) seperti yang dilakukan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman, menunjukkan korelasi kuat dengan peningkatan pendapatan per kapita dan kualitas hidup (1). Jadi Inovasi berbasis riset ilmiah menghasilkan produk dan layanan bernilai tinggi, yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, hal ini mengindikasikan bahwa IPTEK sebagai motor Inovasi Ekonomi. Oleh karena itu World Economic Forum menempatkan “Innovation Capability” dan “Technological Readiness” sebagai indikator penting dalam indeks daya saing global.
Saat ini kita yang berada pada peradaban digital dan merasakan kemajuan Iptek yang luar biasa pesatnya, terutama sejak abad ke-20, dan ke-21. Menurut Ray Kurzweil (2), kemajuan Iptek tidak berjalan secara linear tetapi berlangsung secara eksponensial. Untuk mengetahui perkembangan IPTEK dari abad ke abad tentu harus ditelusuri secara historis berupa data dan informasi yang ada. Mengingat pada abad sebelum ke-16 sangat sulit memperoleh data dan informasinya secara akurat, maka dalam tulisan ini awal perkembangan IPTEK yang dikaji dimulai sejak abad ke-16 sebagai dasarnya (karena pada abad ke-16 ini mulai memperlihatkan tren perkembangan IPTEK yang semakin meningkat pada abad-abad selanjutnya) sampai abad ke-21. Tulisan ini antara lain untuk memvisualisasikan kemajuan Iptek dari abad ke-16 hingga abad ke-21 dalam kerangka model eksponensial Kurzweil dalam teorinya Law of Accelerating Returns, sekaligus untuk menunjukkan bahwa perubahan teknologi modern tidak linier, tetapi melipatganda dari waktu ke waktu (2). Indikator kemajuan IPTEK yang digunakan dalam kajian ini masih terbatas pada jumlah artikel yang dipublikasi, dan jumlah paten dan inovasi yang memiliki dampak menonjol. Selain itu dalam diskusi dipertimbangkan juga jumlah peneliti yang terus tumbuh dan banyaknya ilmuan tokoh ilmiah yang muncul dengan temuan penting yang menonjol serta dampak sosial ekonominya.
Dari kajian dengan metoda eksponensial Kurzweil, terlihat bahwa percepatan perkembangan IPTEK pada abad ke-17=2 kali, abad ke-18=4 kali, abad ke-19=8 kali dari abad ke-16, percepatan ini terjadi secara eksponensial biasa. Sedangkan pada abad ke-20=32 kali, dan abad ke-21=128 kali atau lebih yang mengindikasikan bahwa percepatan perkembangan IPTEK terjadi secara eksponensial berganda. Hal serupa juga terlihat pada percepatan pertumbuhan publikasi dari abad ke-17 (tahun 1650), abad ke-18 (thn 1750), abad ke-19 (thn 1850), terjadi percepatan eksponensial biasa, sedangkan pada abad ke-20 (thn 1950), abad ke-20 (thn 2000) sampai abad ke-21 (thn 2020) percepatannya terjadi secara eksponensial berganda. Publikasi Ilmiah meningkat tajam sejak abad ke-19, hal ini mencerminkan pertumbuhan ekosistem akademik global. Demikian juga dengan percepatan perolehan paten terjadi secara eksponensial pada abad ke-19, sedangkan pada abad ke-20 dan ke21 percepatannya terjadi secara eksponensial berganda. Pada abad ke-16 dan ke-17 belum ada paten resmi, abad ke-18 sudah dimulai proses perolehan paten namun belum banyak. Paten Terdaftar mulai banyak pada abad ke-19 dan melonjak drastis pada abad ke-20 dan ke-21, seiring dengan industrialisasi dan digitalisasi.
Percepatan eksponensial terjadi karena teknologi makin kompleks dan saling mempercepat, inovasi masa lalu menjadi landasan bagi percepatan baru, dan model eksponensial Kurzweil bersifat kumulatif dan reflektif sehingga setiap percepatan membawa percepatan berikutnya. Percepatan tidak hanya terjadi karena penambahan teknologi, tapi karena teknologi itu sendiri mempercepat terciptanya teknologi baru atau dengan kata lain laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena inputnya (pengetahuan & teknologi) digunakan untuk meningkatkan diri sendiri.
Meskipun pertumbuhan eksponensial atau eksponensial berganda dalam teknologi menjadi sangat nyata pada abad ke-20 dan ke-21, namun landasan atau akarnya dapat ditelusuri kembali ke abad ke-19 dengan berbagai penemuan penting yang memiliki dampak dan implikasi pada kemajuan IPTEK di abad ke-20 dan ke-21. Selama abad ke-19, berbagai penemuan penting seperti mesin uap, telegraf, rel kereta api, dlsb mulai mengubah masyarakat secara drastis. Namun, laju pertumbuhan teknologi pada masa itu masih relatif lambat dibandingkan dengan era digital saat ini.
Percepatan eksponensial ganda, mempunyai makna bahwa untuk mencapai jumlah temuan IPTEK duakali lipat atau lebih dari abad ke-20 tidak perlu menunggu satu abad atau 100 tahun tapi separuhnya atau kurang dari setengah abad. Dengan kata lain peningkatan dalam satu abad berikutnya (abad ke-21) dapat mencapai empat kali lipat dari abad sebelumnya, ini yang dimaksud dengan percepatan eksponensial berganda (double exponential). Pertumbuhan double eksponensial menggambarkan dinamika zaman modern di mana teknologi berkembang lebih cepat dari eksponensial biasa, karena inovasi baru mendorong inovasi berikutnya dalam tempo yang semakin pendek. Ini adalah salah satu dasar dari konsep teknologi singulariti, titik di mana perubahan menjadi tak terduga karena kecepatannya ekstrem. Jadi selain pertumbuhan IPTEK terjadi secara eksponensial, laju pertumbuhannya juga terjadi secara eksponensial. Hal lain yang menyebabkan percepatan eksponensial berganda dalam kemajuan IPTEK adalah efek dari Konvergensi Teknologi seperti yang digambarkan pada GNR (Genetika, Nanoteknologi, Robotik) yang terjadi pada akhir abad ke-20, mempercepat kemajuan IPTEK dan inovasi secara ekplosif pada abad ke-21.
Pertumbuhan eksponensial dalam teknologi membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, kemajuan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup, efisiensi, dan konektivitas global. Di sisi lain, laju perubahan yang cepat dapat menyebabkan ketimpangan, disrupsi industri, dan tantangan etika yang kompleks. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pembuat kebijakan untuk memahami dinamika pertumbuhan eksponensial ini agar dapat merespons dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, serta memastikan bahwa manfaat teknologi dapat dinikmati secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Implikasi Kurva Eksponensial akan menyebabkan Inovasi masa depan akan datang lebih cepat dan lebih radikal, teknologi baru mengubah struktur pasar tenaga kerja, sistem pendidikan, sistem layanan kesehatan, bahkan struktur pemerintahan. Profesi baru bermunculan di sektor digital-biologis, sementara banyak pekerjaan tradisional digantikan oleh sistem otomatisasi. Di sisi lain, konvergensi juga menimbulkan tantangan etik seperti privasi data, bias algoritma, dan akses yang tidak merata terhadap teknologi canggih.
Percepatan perkembangan IPTEK juga menuju kepada keterbukaan dan sharing informasi terhadap kemajuan IPTEK dengan semangat kerjasama namun berkompetisi yang sehat agar menumbuhkan motivasi, semangat berkarya antar peneliti lintas negara seperti yang diperlihatkan dalam penemuan AlphaFold (metode prediksi struktur 3 dimensi Protein) yang dikompetisikan melalui CASP (Critical Assessment of Protein Structure Prediction) selama hampir 30 tahun. Dibukanya akses untuk memanfaatkan temuan seperti AlphaFold, sangat positif bagi negara yang memanfaatkannya terutama untuk sharing informasi dan peluang kerjasama global. Negara yang kurang serius dalam memajukan IPTEK akan semakin tertinggal jauh karena perkembangan IPTEK yang terjadi semakin cepat.
Diperkirakan sebagian temuan IPTEK yang akan dihasilkan pada masa mendatang berupa teknologi disruptif sehingga akan merubah cara berbisnis, tatanan baru, sistem pendidikan, sistem transportasi, cara berkomunikasi, juga akan merubah media komunikasi, dlsb. Kurzweil juga mengulas tentang Transendensi Biologis yang menjelaskan bahwa Manusia akan menggunakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan tubuh dan pikiran biologis yng diperkirakan akan terjadi pada 2030-an hingga 2045. Untuk Artificial Generatif Intelligence (AGI), yaitu kecerdasan buatan dengan kemampuan belajar dan bernalar seperti manusia diperkirakan akan terjadi pada 2029 (AGI), dan 2045 untuk superintelligence, sehingga diperkirakan akan berdampak kepada perkembangan AI yang akan melampaui manusia dan menciptakan AI baru. Sedangkan tentang Singularitas Teknologi yaitu Titik ketika AI melampaui kecerdasan manusia dan tumbuh secara mandiri yang diprediksi terjadi pada tahun 2045, sehingga akan berdampak/berimplikasi kepada perubahan radikal dalam peradaban manusia.
Dengan semakin cepatnya kemajuan IPTEK dan meningkatnya jumlah temuan teknologi dan inovasi, akan berdampak pada perkembangan peradaban manusia pada tahun 2050, tahun 2100 atau abad ke-22. Seperti apa dampaknya, ini yang menjadi pertanyaan besar, yang pasti sebagian positif dan sebagian kecil negatif. Kita yang masih hidup pada tahun 2050 dan 2100 harus dapat beradaptasi, oleh karena itu harus mampu menguasai metaskil dengan belajar sepanjang hayat.
PENDAHULUAN
Dalam kamus besar bahasan Indonesia (KBBI), peradaban diartikan sebagai kemajuan kecerdasan atau kebudayaan lahir dan batin, atau hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Ia meliputi kemajuan suatu masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, baik fisik maupun non fisik, termasuk mencakup perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan berbagai bentuk ekspresi budaya lainnya. Menurut sumber lain, Peradaban manusia adalah keseluruhan pencapaian budaya, sosial, politik, ekonomi, dan teknologi yang dihasilkan oleh umat manusia sepanjang sejarah dalam upaya membentuk kehidupan bersama yang lebih tertata, kompleks, dan berkelanjutan (3). Jadi dapat dikatakan bahwa Peradaban manusia adalah hasil akumulasi pengalaman, pengetahuan, dan inovasi yang terus berkembang dari zaman ke zaman. Ia menjadi cermin kemajuan manusia sekaligus menjadi tantangan bagaimana membangun masa depan yang beradab, adil, dan berkelanjutan.
Pada awalnya peradaban mulai terbentuk ketika manusia mulai hidup menetap membangun hunian, pertanian, pengairan, peralatan pertanian dan peralatan untuk berburu serta bertahan hidup, komunikasi, dlsb. Akhirnya komunitas yang terbentuk ini mulai mengenal dan mengembangkan sistem pemerintahan, tulisan, sistem hukum, perdagangan, mengembangkan peralatan untuk melindungi kelompok, alat untuk mendukung kehidupan lainnya, dlsb. Unsur-unsur pokok peradaban adalah (3,4); a) sistem sosial politik; b) kemajuan IPTEK seperti penemuan dan pengembangan alat, metode ilmiah, arsitektur, dlsb; c) sistem ekonomi seperti cara mengelola sumber daya, pertanian, perdagangan, dlsb; d) budaya dan seni, seperti bahasa, sastra, agama, filsafat, yang mencerminkan cara berpikir dan identitas masyarakat; dan e) organisasi sosial seperti pendidikan, dan hubungan antar komunitas.
Dalam sejarah peradaban manusia kita mengenal yang disebut peradaban Mesir Kuno (a.l. mewariskan piramida, hieroglif & sistem irigasi), Yunani Kuno (mewariskan filsafat & seni), Romawi (mewariskan Arsitektur & sistem hukum), Cina Kuno (mewariskan temuan kertas, konfusianisme & kompas), peradaban Islam (mewariskan temuan Ilmu Pengetahuan, Kedokteran & astronomi), dan Peradaban Barat Modern (mewariskan Revolusi Industri, ilmu modern & Demokrasi liberal). Perkembangan kemajuan peradaban ini pada umumnya ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentunya sesuai kondisi pada saat itu (5).
Saat ini kita hidup dalam peradaban global dan modern, dicirikan antara lain dengan internet, kecerdasan buatan, komputer, smartphone, alat transportasi modern, satelit, dan mobilitas tinggi menjadikan dunia lebih terhubung daripada sebelumnya. Namun, kita juga menghadapi tantangan baru yang akan selalu muncul seperti perubahan iklim, keterbatasan sumber daya alam, energi, pangan, ketidak adilan, kesenjangan sosial, dan krisis etika teknologi. Mengapa kita perlu memahami sejarah peradaban (dari zaman batu sampai zaman digital), antara lain untuk belajar agar tidak mengulang kesalahan, tetapi terus belajar mengikuti perkembangan yang terus berubah sehingga dapat memahami bagaimana membangun masa depan yang lebih adil, berkelanjutan, bijaksana, dan manusiawi.
Dari uraian yang telah dikemukakan tentang sejarah singkat peradaban manusia hingga saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah motor penggerak perubahan peradaban manusia, yang sekaligus juga sebagai salah satu penentu kemajuan suatu bangsa (5). Peradaban manusia yang telah berlangsung selama ribuan tahun sesungguhnya juga diikuti dengan perkembangan aspek sains dan teknologi sesuai dengan kondisi pada saat itu. Sedangkan saat ini kita yang berada pada peradaban digital (era digital) merasakan kemajuan Iptek yang luar biasa pesatnya, terutama sejak abad ke-20, dan ke-21. Menurut Ray Kurzweil (2), kemajuan Iptek tidak berjalan secara linear tetapi berlangsung secara eksponensial. Untuk mengetahui perkembangan Iptek dari abad ke abad tentu harus ditelusuri secara historis berupa data dan informasi yang ada. Mengingat pada abad sebelum ke-16 sangat sulit memperoleh data dan informasinya secara akurat, maka dalam tulisan ini awal perkembangan Iptek yang dikaji dimulai sejak abad ke-16 sampai abad ke-21.
Tulisan ini menyajikan kajian cepat dan ulasan perkembangan IPTEK dari abad ke-16 sampai abad ke-21 yang cenderung semakin cepat terutama pada abad ke-20 dan ke-21. Dibahas juga pola percepatan perkembangan IPTEK pada periode tersebut melalui pendekatan eksponensial sebagaimana dikemukakan oleh Ray Kurzweil dalam teorinya Law of Accelerating Returns (2). Kajian ini antara lain menyajikan representasi tabel dan grafik visual tingkat kemajuan IPTEK secara estimatif per abad, untuk menunjukkan bahwa perubahan teknologi modern tidak linier, tetapi melipatganda dari waktu ke waktu.
TUJUAN
Secara umum tujuan tulisan ini adalah untuk memvisualisasikan kemajuan IPTEK dari abad ke-16 hingga abad ke-21 dalam kerangka model eksponensial Kurzweil, guna mengetahui pola dan laju percepatan kemajuan IPTEK dari abad ke abad.
Secara spesifik tulisan ini bertujuan:
- Untuk mengetahui pola percepatan perkembangan IPTEK dari abad ke abad dengan kajian dimulai dari abad ke-16 sampai abad ke-21; dan kapan laju tercepat perkembangan IPTEK terjadi;
- Untuk mengetahui mengapa laju percepatan tsb terjadi? Faktor apa saja yang menentukan percepatan perkembangan IPTEK terjadi secara eksponensial;
- Untuk mengetahui dampak dan implikasi dari percepatan perkembangan IPTEK yang semakin cepat;
- Untuk mengetahui bagaimana kita menyikapi terjadinya percepatan perkembangan IPTEK tsb.
SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN IPTEK
Berbicara sejarah perkembangan IPTEK tidak terlepas dari sejarah peradaban manusia yang dimulai dari zaman pra sejarah dan zaman batu pada 2-3 juta tahun yang lalu (6). Kemudian pada zaman Inovasi neolitik sekitar 10.000 SM, dimana mulai adanya domestikasi tanaman dan hewan, ditemukannya roda, pembuatan tembikar, penciptakan fondasi budaya dan peradaban besar. Kemudian pada peradaban kuno (3000 SM-500 M) dan abad pertengahan (500 M-1.500 M)) antara lain Mesir kuno dan Mesopotamia (mewariskan Piramida, sistem irigasi, Hiergraf), zaman China kuno (mewariskan temuan kertas dan kompas), zaman Yunani kuno yang mewariskan kemunculan tulisan, papirus, sistem matematika, astronomi, dan bahan metalurgi (tembaga, besi, kaca). Sedangkan pada abad pertengahan islam (600 M-1.500 M) yang mewariskan ilmu pengetahuan astronomi, kedokteran, matematika, filsafat, dan teknik (6,7).
Pada abad ke 16-18 yang dikenal juga dengan Revolusi Ilmiah dan Renaisns yang melahirkan Copernicus (1543) memulai revolusi heliosentris dan pangkal era Ilmu Modern (8). Selanjutnya Galileo (1609) dan Newton (1687) memformalkan metode ilmiah dan hukum gerak pada revolusi ilmiah (9). Pada revolusi ilmiah dan Renaisans ini merupakan adanya kebangkitan kemajuan IPTEK sehingga mengubah budaya dan pengetahuan masyarakat.
Revolusi Industri pada abad ke-18-19 ditemukannya mesin uap, telegraf pada abad 1837, dimana temuan ini telah membangkitkan industri. Pada era industri ini muncul transportasi & komunikasi seperti kereta api, kapal uap, dan telepon (Bell, 1876) sehingga menciptakan dunia yang mulai lebih terhubung (10). Kemudian dilanjutkan pada abad ke-20 dan era modern yang banyak melahirkan temuan-temuan IPTEK (5,10) seperti: a) Fisika modern & militer dengan Penemuan mekanika kuantum, relativitas, bom atom, dan tenaga nuklir; b) Elektronika & komputer: Transistor (1947 dari Bell Labs), komputer awal (ENIAC 1946), IC, lalu mikroprosesor Intel 4004 (1971) (5); c) Penerbangan & ruang angkasa: Wright bersaudara (1903), Sputnik (1957), pendaratan manusia di bulan (1969); d) Internet & komunikasi digital: TCP/IP (1974), web (1991), seluler & data nirkabel (4G, Wi‑Fi), membuat dunia benar-benar digital (10).
Pada abad ke-21 dengan era digital dan Bioteknologi dengan penemuannya sebagai berikut: a) Internet sosial & smartphone: Facebook (2004), iPhone (2007), mobil otomatis (Google, 2014) (11); b) AI, Cloud & IoT: Revolusi dalam teknologi pintar, komputasi awan, dan perangkat saling terhubung (IoT) menekankan “kecerdasan digital” (17); c) Bioteknologi & kesehatan: Genetika modern (Struktur DNA/13), DNA Sequencing (14), Genom Manusia (15), Edit gen CRISPR (16), vaksin mRNA (COVID‑19), antibiotik, transplantasi organ; d) Energi & material baru: Panel surya, baterai lithium, tenaga angin, Plastik canggih (e.g. Kevlar, Teflon), material nano dan quantum; dan e) Digitalisasi industri (Industri 4.0): Otomasi, robotika, big data dalam manufaktur; di Indonesia: gerakan Making Indonesia 4.0, startup seperti Gojek & Tokopedia, pendidikan STEM diperluas (12).
Dari sejarah singkat ini terlihat bahwa kemajuan yang lebih cepat dan banyak menghasilkan berbagai temuan teknologi canggih dan modern terjadi pada abad ke-20 dan abad ke-21.
PENGUASAAN IPTEK SEBAGAI PILAR KEMAJUAN BANGSA
Peradaban manusia telah mengalami lompatan besar sejak Revolusi Industri, dan perubahan itu sebagian besar digerakkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada abad ke-21, Iptek tidak lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Penguasaan sains dan teknologi menentukan posisi suatu bangsa dalam sistem global yang kompetitif dan saling tergantung (18,19). Tidak dapat dipungkiri bahwa IPTEK sebagai motor Inovasi Ekonomi. Inovasi berbasis riset ilmiah menghasilkan produk dan layanan bernilai tinggi, yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D) akan berdampak langsung pada kemajuan ekonomi dan daya saing global. Jadi negara-negara yang menginvestasikan sumber dayanya dalam riset, pengembangan, dan pendidikan sains terbukti lebih mampu mencapai pertumbuhan ekonomi, daya saing global, dan kemandirian strategis. Tulisan ini juga menekankan bagaimana Iptek menjadi fondasi utama dalam membentuk peradaban yang maju dan mandiri.
Terdapat keterkaitan erat antara majunya suatu negara dengan tingkat penguasaan sains dan teknologi, seperti yang tertulis dalam laporan UNESCO 2021(1) bahwa ada hubungan yang jelas antara investasi dalam riset dengan daya saing ekonomi nasional. Dalam hal ini negara-negara dengan investasi lebih dari 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam riset dan pengembangan (R&D) seperti yang dilakukan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman, menunjukkan korelasi kuat dengan peningkatan pendapatan per kapita dan kualitas hidup (1). Hal ini karena sains dan teknologi merupakan motor penggerak inovasi, sehingga dengan kemajuan sains dan teknologi akan menciptakan inovasi yang mempercepat transformasi ekonomi, industri, pendidikan, dan layanan publik.
Selain itu negara yang menguasai teknologi canggih akan lebih mudah bersaing di pasar global. Mereka mampu menciptakan produk bernilai tambah tinggi, mendorong ekspor, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor teknologi dari luar negeri. Jadi dengan menguasai Sains & Teknologi dapat meningkatkan daya saing global. Oleh karena itu World Economic Forum menempatkan “Innovation Capability” dan “Technological Readiness” sebagai indikator penting dalam indeks daya saing global.
Penguasaan dan kemandirian IPTEK juga memiliki hubungan yang erat dengan Ketahanan Nasional. Dalam hal ini Penguasaan teknologi strategis seperti dibidang energi, pangan, kesehatan, dan pertahanan akan meningkatkan kemandirian bangsa. Sebagai contoh pada pandemi COVID-19 memperlihatkan bahwa negara yang memiliki kemampuan produksi vaksin dalam negeri seperti Tiongkok dan India dapat lebih cepat pulih dan tidak tergantung pada pasokan internasional (20). Lebih jauh, kemandirian dalam teknologi pertahanan dan energi mengurangi kerentanan terhadap tekanan geopolitik. Menurut Buzan dan Waever (2003), teknologi memiliki peran vital dalam mempertahankan sovereignty dan resilience suatu bangsa dalam sistem internasional yang tidak seimbang (21). Jadi dari uraian ini jelas bahwa penguasaan IPTEK merupakan pilar dari kemajuan suatu bangsa.
Jadi kemajuan bangsa tidak dapat dilepaskan dari penguasaan sains dan teknologi. Negara yang unggul dalam iptek memiliki posisi strategis dalam perekonomian global, mampu melindungi kepentingan nasional, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menjadi pemimpin dalam peradaban dunia.
PERCEPATAN PERKEMBANGAN IPTEK TERJADI SECARA EKSPONENSIAL
Percepatan Pertumbuhan IPTEK
Perkembangan teknologi secara eksponensial mengacu pada pola pertumbuhan di mana kemajuan teknologi meningkat dengan laju yang semakin cepat seiring waktu. Alih-alih tumbuh secara linear (bertambah dengan jumlah yang sama setiap periode), pertumbuhan eksponensial berarti bahwa setiap kemajuan membangun dasar bagi kemajuan berikutnya, sehingga menciptakan percepatan yang signifikan dalam inovasi dan adopsi teknologi. Pada abad ke-19, kemajuan teknologi terjadi melalui penemuan-penemuan besar seperti mesin uap, telegraf, dan rel kereta api. Meskipun inovasi-inovasi ini memiliki dampak yang signifikan, laju pertumbuhannya masih relatif lambat. Sebaliknya, dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan lonjakan teknologi yang luar biasa, seperti internet, smartphone, dan kecerdasan buatan, yang semuanya berkembang dengan kecepatan eksponensial.
Kurzweil (2005) dalam bukunya yang berjudul “The Singularity is near: When human transcend biology” mengemukakan tentang hukum percepatan kembali (Law of Accelerating Returns) yang menerangkan bahwa teknologi berkembang secara eksponensial bahkan eksponensial berganda (double exponential) yang diduga terjadi pada abad ke-20 dan meningkat pada abad ke-21 sehingga berimplikasi kepada inovasi yang terjadi lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya (2). Teknologi masa depan akan tumbuh jauh lebih cepat karena setiap generasi teknologi mempercepat generasi berikutnya. Pertumbuhan eksponensial terjadi, karena output dari inovasi hari ini menjadi input dari inovasi masa depan.
Indikator Kemajuan IPTEK dari Abad ke Abad atau dari Waktu ke Waktu
Untuk mengetahui bahwa IPTEK terus berkembang dari abad ke abad harus ada indikator yang digunakan sehingga dapat diketahui bahwa IPTEK memang berkembang semakin cepat berdasarkan indikator yang ditetapkan, bahkan sedapat mungkin perkembangan ini dapat dinilai secara kuantitatif atau semi kuantitatif. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur perkembangan kemajuan IPTEK adalah sebagai berikut:
- Jumlah Publikasi Ilmiah dan Penemuan yang diterbitkan
Jumlah publikasi ilmiah dan penemuan yang diterbitkan dapat dilacak melalui arsip jurnal ilmiah, katalog perpustakaan, dan daftar karya ilmiah klasik. Pada abad ke-17 muncul jurnal ilmiah pertama seperti Philosophical Transactions (Royal Society, 1665). Pada abad ke-18 jumlah jurnal ilmiah terus bertambah, dan mulai abad ke-19 hingga sekarang terjadi eksplosif publikasi ilmiah seiring lahirnya lebih banyak universitas dan lembaga riset, serta jumlah peneliti. Indikator kuantitatif utama adalah: a) Jumlah artikel ilmiah yang diterbitkan per tahun; b) Jumlah jurnal ilmiah aktif pada tiap abad; c) Jumlah sitasi ilmiah yang mengacu pada penemuan di era tersebut.
- Jumlah Paten dan Inovasi
Indikator lainnya adalah mengetahui berapa jumlah temuan IPTEK yang dapat dipatenkan pada tiap-tiap abad. Data ini dapat ditelusuri pada lembaga pengelola Paten seperti USPTO (United State Patent and Tradmark Office) untuk negara AS, juga EPO (European Patent Office) dlsb. Paten adalah bentuk formal pengakuan terhadap invensi teknologi. Kantor paten seperti USPTO (AS) atau EPO memiliki data historis sejak abad ke-18–19. Indikator yang kuantitatif yang digunakan adalah: a) Jumlah paten yang diajukan dan disetujui per dekade (waktu); b) Indeks inovasi global (misalnya oleh WIPO/World Bank); c) Jenis teknologi yang dipatenkan dan aplikasinya.
- Jumlah Tokoh Ilmiah dan Inovasi Yang Muncul dan Paradigma Baru
Sebagai tambahan juga bisa digunakan indikator lain berupa munculnya ilmuwan-ilmuwan berpengaruh atau unggul dengan temuannya yang luar biasa. Indikator kemunculan tokoh ilmuwan berpengaruh ini mungkin tidak selalu dapat dikuantitatifkan jika jumlahnya terbatas, namun bobot dan kualitas temuannya bisa dipertimbangkan jika banyak dirujuk atau memiliki dampak yang tinggi. Periode tertentu ditandai dengan kemunculan tokoh luar biasa dan pergeseran paradigma (24). Jumlah tokoh dan perubahan paradigma bisa dijadikan indikator kualitas lompatan pengetahuan di setiap abad (24).
- Laju Percepatan Penemuan IPTEK (Kurva eksponensial Kurzweil)
Indikator lain bisa ditambahkan sesuai perkembangan yang terjadi. Beberapa Akhli/ Ilmuwan seperti Ray Kurzweil menunjukkan bahwa penemuan IPTEK tumbuh secara eksponensial, terutama sejak abad ke-19 (2). Dalam hal ini Indikator percepatan yang digunakan adalah: a) waktu antara penemuan besar menjadi semakin singkat; b) Kurva adopsi teknologi (dari listrik → telepon → internet → AI); c) Jumlah peneliti aktif dan institusi riset meningkat tajam.
- Dampak Sosial dan Ekonomi dari IPTEK yang dihasilkan
Indikator lain yang dapat ditambahan dalam mengukur perkembangan kemajuan IPTEK adalah berupa dampak sosial dan ekonomi dari IPTEK yang dihasilkan. Dalam hal ini diukur dari revolusi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh inovasi yang dihasilkan.
Percepatan Eksponensial Kemajuan IPTEK: Kajian Historis Perspektif Kurzweil
Peningkatan eksponensial ini disajikan dalam kajian sederhana tentang percepatan perkembangan Iptek yang dalam kajian ini dimulai pada abad ke-16 sebagai dasarnya karena pada abad ke-16 ini mulai memperlihatkan tren perkembangan IPTEK yang semakin meningkat pada abad-abad selanjutnya. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif-kualitatif dengan konstruksi estimatif kuantitatif berdasarkan asumsi eksponensial Kurzweil (2005). Data bersumber dari studi literatur dan model teoritis perkembangan teknologi (2,26). Tingkat kemajuan tiap abad dinyatakan secara relatif dengan nilai dasar 1× (1 kali) pada abad ke-16, dan menggandakan nilainya sesuai pola pertumbuhan eksponensial.
Model matematis sederhana yang digunakan dalam kajian percepatan kemajuan IPTEK secara eksponensial menurut Ray Kurzweil menggunakan fungsi eksponensial biasa, sebagai berikut:
P(t)=P0.2(t/T)
Keterangan:
P(t) : Tingkat kemajuan Iptek pada waktu t
P0 : Nilai awal kemajuan pada waktu awal (misalnya, abad ke-16 → P0=1)
t : Selisih waktu (dalam satuan abad atau tahun sejak waktu awal)
T : Waktu pelipatan (doubling time), yaitu periode waktu di mana kemajuan teknologi menggandakan dirinya
2(t/T) : Melambangkan pertumbuhan eksponensial dengan basis 2 (lipat dua)
Pada naskah ini disajikan tabel representasi tingkat kemajuan sains dan teknologi (Iptek) dari abad ke-16 hingga abad ke-21 menurut perspektif Ray Kurzweil (2005), yang dikenal dengan model eksponensial (Law of Accelerating Returns). Tabel ini bersifat ilustratif (bukan angka absolut), tetapi menggambarkan bagaimana setiap abad membawa dampak teknologi yang meningkat secara drastis dan mempercepat kemajuan abad berikutnya.
Tabel 1. Estimasi tingkat kemajuan Iptek dari abad ke-16 hingga abad ke-21 berdasarkan model eksponensial Kurzweil (2005).
Abad | Era Teknologi Dominan | Tingkat Kemajuan Iptek* | Ciri Khas Perkembangan dan Ilmuwan yang muncul |
16 | Revolusi Ilmiah Awal | 1× | Copernicus, Galileo, Observasi ilmiah awal, metode ilmiah, percetakan |
17 | Pencerahan & Mekanika Klasik | 2× | Newton, kalkulus, hukum gerak dan gravitasi, instrumen ilmiah berkembang |
18 | Revolusi Industri Pertama | 4× | Mesin uap, manufaktur, energi mekanik, efisiensi produksi, revolusi industri awal |
19 | Revolusi Industri Kedua | 8× | Listrik, telegraf, industri kimia, awal teknologi medis |
20 | Era Komputer dan Elektronik | 32× | Einstein, nuklir, Komputer, internet, genom, teknologi informasi, luar angkasa |
21 | Era Konvergensi Teknologi dan AI | 128× atau lebih | AI, pembelajaran mesin, bioteknologi, bioprinting, nanoteknologi, otomatisasi, big data |
*Tingkat kemajuan IPTEK disusun berdasarkan skala estimasi eksponensial, bukan data statistik absolut. Jadi estimasi relatif menggambarkan percepatan dibandingkan abad ke-16 sebagai titik awal (1×). Setiap abad menggandakan atau melipatgandakan kecepatan kemajuan, sesuai dengan kurva eksponensial yang diyakini Kurzweil.
Visualisasi kurva eksponensial tersebut diperlihatkan dalam Gambar 1 berikut:
Pada Tabel 1 maupun Gambar 1 terlihat percepatan perkembangan IPTEK pada abad ke-17 = 2 kali, abad ke-18 = 4 kali, dan abad ke-19 = 8 kali terjadi secara eksponensial biasa. Namun percepatan pada abad ke-20 = 32 kali dan abad ke-21 = 128 kali, hal ini akibat terjadi secara eksponensial berganda yang model matematiknya berbeda dari eksponensial biasa. Keadaan ini terjadi karena teknologi makin kompleks dan saling mempercepat, digitalisasi dan otomatisasi mempercepat riset dan penerapan, inovasi masa lalu menjadi landasan bagi percepatan baru, dan model eksponensial Kurzweil bersifat kumulatif dan reflektif sehingga setiap percepatan membawa percepatan berikutnya. Percepatan tidak hanya terjadi karena penambahan teknologi, tapi karena teknologi itu sendiri mempercepat terciptanya teknologi baru atau dengan kata lain laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena inputnya (pengetahuan & teknologi) digunakan untuk meningkatkan diri sendiri.
Percepatan eksponensial ganda, mempunyai makna bahwa untuk mencapai jumlah temuan IPTEK duakali lipat daripada abad ke-20 tidak perlu menunggu satu abad atau 100 tahun tapi separuhnya atau kurang dari setengah abad. Dengan kata lain peningkatan dalam satu abad berikutnya (abad ke-21) dapat mencapai empat kali lipat dari abad sebelumnya, ini yang dimaksud dengan percepatan eksponensial berganda (double sksponential).
Hal ini dapat dimengerti karena penemuan abad ke-19 seperti listrik dan mesin menghasilkan basis bagi lonjakan eksponensial di abad ke-20. Jadi dengan temuan elektrik akan memudahkan atau mengakselerasi temuan dibidang komputer dan elektronik lain di abad ke-20, demikian juga dengan temuan kimia industri di abad ke-19 akan mempercepat proses temuan di bidang farmasi, plastik dan nuklir pada abad ke-20. Contoh-contoh ini menggambarkan efek kumulatif dari setiap penemuan IPTEK. Pertumbuhan double eksponensial menggambarkan dinamika zaman modern di mana teknologi berkembang lebih cepat dari eksponensial biasa, karena inovasi baru mendorong inovasi berikutnya dalam tempo yang semakin pendek. Ini adalah salah satu dasar dari konsep teknologi singulariti, titik di mana perubahan menjadi tak terduga karena kecepatannya ekstrem. Jadi selain pertumbuhan IPTEK terjadi secara eksponensial, laju pertumbuhannya juga terjadi secara eksponensial.
Demikian juga percepatan pada abad ke-21 memerlukan waktu lebih cepat untuk menghasilkan jumlah IPTEK dua kali lebih banyak dari abad ke-20. Sebagai contoh dengan adanya temuan dibidang digital atau era digitalisai pada abad ke-20 yang memunculkan komputasi digital dapat mempercepat semua proses inovasi, seperti mempermudah melakukan simulasi ilmiah, otomasi desain, simulasi fisika, komputasi eksponensial hukum Moore (27), dan komunikasi global dengan berkembangnya internet yang mempunyai dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan. Hal lain yang menyebabkan percepatan eksponensial berganda dalam kemajuan IPTEK adalah efek dari Konvergensi Teknologi seperti yang digambarkan pada GNR (Genetika, Nanoteknologi, Robotik) yang terjadi pada akhir abad ke-20, mempercepat kemajuan IPTEK dan inovasi secara ekplosif pada abad ke-21 (25). Sebagaimana diketahui bahwa pengertian umum Konvergensi Teknologi adalah integrasi lintas-disiplin dari berbagai bidang teknologi seperti informatika, bioteknologi, nanoteknologi, dan neuroteknologi yang bekerja sama untuk mendorong terobosan yang tidak mungkin dicapai jika berdiri sendiri.
Pertumbuhan Jumlah Publikasi
Sedangkan pertumbuhan temuan Ipteknya berupa jumlah Publikasi dapat dilihat pada Gambar 2 yang mengilustrasikan perkembangan jumlah publikasi dari abad ke-16 sampai abad ke-21. Peningkatan eksponensial jumlah publikasi atau temuan IPTEK dapat dihitung melalui model pertumbuhan matematis, dikonfirmasi oleh data historis, dan terutama dipercepat oleh integrasi interdisipliner. Dalam dunia yang semakin kompleks, kemajuan IPTEK tidak bisa dipisahkan dari kemampuan kolaboratif antar ilmu, baik eksakta maupun sosial-humaniora. Ini pula yang menjadi pendorong utama terobosan IPTEK abad ke-20 dan ke-21.
Data historis untuk jumlah publikasi ilmiah dapat diperoleh dari Web of Science, Scopus, atau Google Scholar yang menunjukkan pertumbuhan dari ribuan menjadi jutaan publikasi per tahun. Sedangkan untuk jumlah Paten, informasi dan datanya dapat diperoleh dari USPTO (United State of Patent and Tradmark Office), EPO (European Patent Office), dan WIPO (Word Intelectual Property Organization) yang menunjukkan peningkatan dari di bawah 100.000 paten/abad (sebelum abad ke-20) menjadi lebih dari 3 juta paten per dekade saat ini.
Gambar 2 memperlihatkan pertumbuhan publikasi ilmiah sejak abad 16 yang dimulai tahun 1550 sampai akhir abad 20 atau awal abad 21. Publikasi pada abad 16 bersifat prediktif atau estimasi karena pada abad 16 belum ada publikasi formal karena publikasi resmi pertama dilaporkan baru ada pada abad 17 dengan nama publikasinya Philosophical Transactions pertama kali terbit tahun 1665 (28). Namun hasil riset ada dalam dokumen laporan dan semacamnya sehingga diestimasikan jumlah publikasi pada abad ke-16 sekitar 10-1000 publikasi. Pada abad ke-17 muncul jurnal ilmiah pertama, yaitu Royal Society, dan muncul beberapa ilmuwan terkenal seperti Newton. Diestimasikan publikasi pada abad ke-17 sekitar 2000 publikasi. Pada abad ke-18 mulai terjadi peningkatan riset dan Peningkatan eksperimen, penerbitan jurnal sains oleh universitas dan akademi ilmu, sehingga estimasi publikasi pada abad ke-18 sekitar 10.000-50.000 publikasi (29). Menurut informasi bahwa jumlah Jurnal Ilmiah pada abad ke-20 adalah 100.000 Jurnal (30), sedangkan pada abad ke-17 jumlahnya baru 10 Jurnal (31), keadaan ini memperlihatkan peningkatan eksponensial yang cukup mencolok.
Pada abad ke-19 dimulainya Revolusi Industri, munculnya ribuan jurnal ilmiah baru di Eropa dan AS, sehingga diestimasikan jumlah publikasi pada abad tersebut sekitar 500.000 -1000.000. Publikasi Ilmiah mulai meningkat tajam sejak abad ke-19, hal ini mencerminkan pertumbuhan ekosistem akademik global selain dimulainya revolusi industri. Pada abad ke-20 kegiatan penelitian semakin meningkat, terutama Ledakan penelitian pasca-Perang Dunia II, sistem universitas modern, dan dimulainya database digital, sehingga jumlah publikasi meningkat pesat yang mencapai sekitar 50 juta – 100 juta publikasi. Perkiraan ini juga hampir sama dengan yang tercatat pada Web of Science, yaitu lebih dari 90 juta publikasi sejak tahun 1900 sampai awal abad ke-21. Sedangkan pada abad ke-21, dengan era digital & open access, Scopus/Web of Science mencatat lebih dari 200.000 jurnal aktif, dan sekitar 3 juta artikel per tahun sehingga sampai tahun 2024 (dalam 24 tahun) ada sekitar 72 juta publikasi untuk versi yang terindek saja.
Sedangkan untuk versi yang lebih luas (termasuk yang tidak terindek) diperkirakan publikasi sampai tahun 2024 mencapai sekitar 150-250 juta publikasi, bahkan menurut versi Google Scholar yang lebih inklusif (termasuk preprint, tesis, laporan teknis) mencatat >500 juta dokumen ilmiah secara global. Namun berdasarkan versi konservatifnya hanya separuhnya sekitar 200-300 juta yang dipublikasikan. Menurut Bornmann & Mutz (2015) bahwa pertumbuhan publikasi ilmiah global secara eksponensial sejak 1950, dengan doubling time sekitar 15 tahun (33). Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pada awal tahun 2000-an terdapat sekitar 1,5 juta artikel ilmiah/tahun, sedangkan pada tahun 2024 menjadi lebih dari 3,5 juta artikel ilmiah/tahun.
Berdasarkan estimasi atau prediksi maupun data historis dari berbagai sumber seperti Scopus/Web of Science, Google Scholar dan sumber lainnya memperlihatkan percepatan peningkatan jumlah publikasi ilmiah dari abad ke-16 sampai abad ke-21 berjalan secara eksponensial seperti kurva eksponensial dari Ray Kurzweil yang diperlihatkan pada Gambar 2. Data publikasi per abad memang relatif sulit menelusurinya terutama pada abad ke-16, 17, dan 18. Pada abad ke-19 data publikasi sudah tertata dengan baik namun karena belum secara digital sehingga belum begitu akurat. Data publikasi pada abad ke-20 dan ke-21 lebih akurat dan dari garafik pada Gambar 2 juga terlihat bahwa kenaikan jumlah publikasi meningkat secara eksponensial berganda.
Pada indikator jumlah paten dari abad ke-16 sampai abad ke-21 menyajikan data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti USPTO (United State Patent and Trademark Office), EPO dan WIPO (World Intelectual Property Organization). Sama halnya dengan data publikasi, pada abad ke-16 dan 17 data tentang paten juga sulit diketahui secara formal dan akurat, namun walaupun secara formal belum ada tetapi temuan-temuan ilmiah yang diperoleh pada abad tersebut didokumentasi berupa catan-catan informal. Oleh karena itu data ini diperoleh dari estimasi. Pada abad ke-18 di beberapa negara seperti UK dan AS sudah dimulai pencatatan terhadap paten, walaupun secara global masih belum tertata dengan baik. Pada abad ke-19 secara formal Eropa dan US telah melakukan penatalaksanaan paten dengan formal melalui lembaga paten di masing-masing negara seperti USPTO untuk AS, dan EPO untuk Eropa. Untuk organisasi paten internasional ditangani oleh WIPO.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka pada abad ke-16 jumlah patennya diestimasi sekitar 100. Pada abad ke-17 sekitar 1000, abad ke-18 sekitar 10.000. Pada tahun 1800-an akhir, AS sudah memproses >80.000 paten per tahun. Pada abad ke-19 jumlah paten sekitar 500.000 akibat meningkatnya aktivitas penelitian. Pada awal 1900-an, paten aktif meningkat tajam seiring industrialisasi dan sistem hukum modern. Pada abad ke-20 dimana banyak dihasilkan temuan-temuan berupa teknologi dan inovasi komersial sehingga jumlah patennya meningkat pesat menjadi sekitar 50 juta. Menurut catatan WIPO sejak pertengahan abad ke-19 (1850-an), paten mulai terdata secara masif. Hingga akhir abad ke-20, diperkirakan ada sekitar 50–70 juta paten yang diajukan secara global.
Grafik kurva percepatan pertumbuhan paten dari abad 16 sampai abad ke-21 disajikan pada Gabar 3. Pada gambar 3 ini terlihat bahwa walaupun dari abad ke abad terjadi peningkatan jumlah paten, namun peningkatan pada abad ke-17 dan ke-18 terjadi secara eksponensial biasa, tapi pada abad ke-19 dan ke-20 terjadi secara eksponensial berganda. Seharusnya kenaikan peningkatan jumlah paten pada abad ke-21 juga terjadi secara eksponensial berganda jika kita lihat dari data prediksi jumlah paten sampai tahun 2100 (akhir abad ke-21), namun pada grafik gambar 3 masih digunakan jumlah paten sampai tahun 2024 sehingga terlihat agak melandai. Namun demikian tetap peningkatan kenaikan jumlah paten terjadi secara eksponensial seperti yang terjadi pada peningkatan jumlah publikasi (Gambar 2) dan peningkatan IPTEK (Gambar 1) sesuai dengan model eksponensial dari Kurzweil (2).
Pada abad ke-21 dimana kemajuan teknologi dan temuan IPTEK semakin meningkat, jumlah patennya diprediksi sekitar 150 juta. Untuk data paten pada abad ke-21 ini dilakukan prediksi berdasarkan jumlah paten tahun 2023 (3,5 juta), kemudian diperkirakan terjadi peningkatan paten sebesar 2% per tahunnya dari perhitungan rata-rata selama tahun 2001 sampai tahun 2023, sehingga prediksi untuk akhir abad ke-21 (tahun 2100), maka diperoleh angka prediksi perolehan patennya sekitar 150 juta dari lebih dari 300 juta paten yang terdaftar. Biasanya paten yang disetujui sekitar 40% dari jumlah yang diusulkan. WIPO mencatat bahwa jumlah paten aktif di seluruh dunia per 2022 sekitar 18 juta paten aktif, banyak paten yang berlaku selama 10–20 tahun, dan kemudian kedaluwarsa atau tidak diperpanjang. Perbedaan data yang terjadi bisa karena perhitungan kumulatif keseluruhan dalam satu abad termasuk yang sudah tidak aktif. Pada Gambar 3 juga disajikan peningkatan jumlah temuan inovasi besar (grafik berwarna merah) yang terjadi peningkatan dari abad ke-16 sampai abad ke-21 walaupun tidak sampai terjadi peningkatan eksponensial berganda.
Mengingat sulitnya mengetahui dengan akurat jumlah paten dalam satu abad (100 tahun), maka pada gambar 4 kiri disajikan kurva perkembangan jumlah paten terbaru global dari tahun 2020 – 2023 sebagai ilustrasi terjadinya peningkatan eksponensial jumlah paten dari tahun ke tahun. Pada gambar 4 kanan disajikan juga data jumlah paten dari 6 negara yang banyak menghasilkan paten pada periode 2020-2023 yang bersumber dari WIPO. Negara dengan jumlah paten tertinggi adalah China, diikuti oleh Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan India seperti yang terlihat pada Gambar 4 kanan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa peningkatan eksponensial dalam perkembangan IPTEK maupun jumlah temuan, publikasi maupun paten yang semakin meningkat, diantaranya karena keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam kegitan riset yang dilakukan sehingga berjalan secara interdisipliner. Misalnya dalam disiplin teknologi informasi dan komputasi akan meningkatkan kapasitas penyimpanan, pemrosesan, dan distribusi pengetahuan (internet, big data, cloud computing), dan mendorong penelitian kuantitatif masif (computational science). Demikian juga dengan terjadinya konvergensi teknologi akan mempercepat perkembangan IPTEK.
Salah satu contoh konvergensi teknologi adalah pada AI dan Bioteknologi, dimana sistem AI kini digunakan dalam desain molekul dan prediksi struktur protein seperti yang dilakukan oleh DeepMind dengan proyek AlphaFold, merevolusi cara peneliti memahami dan mengembangkan obat (32). Bahkan keberhasilan AlphaFold dalam memprediksi struktur tiga dimensi protein adalah karena adanya integrasi AI dalam metoda tersebut. Hasil kajian menunjukkan bahwa abad ke-21 membawa dampak teknologi yang jauh lebih besar dibandingkan seluruh sejarah sebelumnya, sebagai akibat dari konvergensi dan saling mempercepat antar bidang teknologi. Temuan ini menjadi dasar penting bagi perencanaan strategis pendidikan, riset, dan kebijakan teknologi.
Pembahasan Kurva Eksponensial Kemajuan IPTEK dari KurzWeil
Sebagaimana diuraikan pada hasil kajian di atas tentang percepatan eksponensial kemajuan IPTEK menurut Kurzweil, bahwa kemajuan IPTEK tidak berjalan secara linear tetapi terjadi secara eksponensial sesuai teorinya tentang hukum percepatan kembali (Law of Accelerating Returns) . Kenyataan yang telah divisualisasikan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4 berdasarkan data dan informasi historis yang diperoleh dari abad ke-16 sampai ke-21. Memang sebagian data historis tersebut diperoleh dari perkiraan atau estimasi karena kesulitan mendapatkan data rilnya, namun estimasi ini masih relevan karena didukung oleh informasi-informasi lainnya. Untuk data historis pada abad ke-19, terutama abad ke-20 dan ke-21 sebagian besar sudah sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karena itu dalam Gambar 1 disebutkan bahwa tingkat kemajuan IPTEK disusun berdasarkan skala estimasi eksponensial, bukan data statistik absolut. Jadi Estimasi Relatif menggambarkan percepatan dibandingkan abad ke-16 sebagai titik awal (1×). Setiap abad menggandakan atau melipatgandakan kecepatan kemajuan, sesuai dengan kurva eksponensial yang diyakini Kurzweil.
Pada Gambar 2 dan 3, data atau informasi yang diperoleh sebagian juga berdasarkan estimasi terutama untuk abad ke-16, 17, dan ke-18. Sedangkan untuk abad ke-19, ke-20 dan ke-21 data historis diperoleh dari sumber informasi yang resmi. Pola percepatan kemajuan IPTEK berdasarkan indikator banyaknya publikasi dan jumlah paten mengindikasikan bahwa memang percepatan atau pertumbuhan publikasi dan jumlah paten dari abad ke-16 sampai abad ke-21 terjadi mengikuti pola eksponensial seperti yang dikemukakan Kurzweil. Pertambahan banyak temuan inovasi besar juga terus meningkat mengikuti pola pertumbuhan jumlah paten walaupun agak lebih landai seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 2, 3, dan 4 sebenarnya hanya ingin memberikan gambaran visualisasi bahwa dari data historis terutama jumlah publikasi dan jumlah paten yang menjadi indikator utama kemajuan IPTEK mendukung hasil kajian Gambar 1 bahwa Percepatan kemajuan IPTEK terjadi secara eksponensial biasa (pada abad ke-16, sampai abad ke-19) dan eksponensial berganda pada abad ke-20 dan ke-21. Hal ini sesuai kurva eksponensial dari Kurzweil. Percepatan kemajuan IPTEK pada abad ke-20 dan ke-21 sesuai dengan apa yang ditulis Kurzweil (2005) dalam bukunya yang berjudul “The Singularity is near: When human transcend biology” (2).
Sebagai tambahan informasi, buku karya Kurzweil ini juga mengulas tentang Transendensi Biologis yang menjelaskan bahwa Manusia akan menggunakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan tubuh dan pikiran biologis yng diperkirakan akan terjadi pada 2030-an hingga 2045 dan akan berdampak/implikasi kepada Kemampuan otak meningkat, dan terjadi imortalitas digital dimana seseorang dapat “hidup selamanya” dalam bentuk digital, meskipun tubuh biologisnya telah mati. Konsep ini merujuk pada pelestarian kesadaran, identitas, atau kepribadian seseorang melalui teknologi. Dalam buku ini, Kurzweil juga mengluas tentang Artificial Generatif Intelligence (AGI) yang mengulas tentang Kecerdasan buatan dengan kemampuan belajar dan bernalar seperti manusia yg diperkirakan akan terjadi pada 2029 (AGI), 2045 (superintelligence) sehingga diperkirakan akan berdampak kepada perkembangan AI yang akan melampaui manusia dan menciptakan AI baru (34). Diulas juga tentang Singularitas Teknologi yaitu Titik ketika AI melampaui kecerdasan manusia dan tumbuh secara mandiri yang diprediksi terjadi pada tahun 2045, sehingga akan berdampak/implikasi kepada Perubahan radikal dalam peradaban manusia.
MENGAPA PERKEMBANGAN IPTEK DULU LAMBAT DAN KINI MELESAT?
Perkembangan IPTEK sebelum abad ke-18 berjalan lambat karena terbatasnya akses pendidikan, dominasi otoritas tradisional, belum berkembangnya metode ilmiah modern, dan minimnya infrastruktur riset. Namun, sejak revolusi ilmiah dan industri, serta dengan munculnya teknologi digital, perkembangan IPTEK mengalami percepatan luar biasa terutama di abad ke-20 dan 21.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan fondasi utama dalam membentuk peradaban manusia. Namun, jika kita menelusuri sejarahnya, terlihat bahwa perkembangan IPTEK sebelum abad ke-19 berlangsung sangat lambat dibandingkan dengan ledakan kemajuan yang terjadi pada abad ke-20 dan ke-21. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa loncatan IPTEK baru benar-benar terasa signifikan setelah memasuki era modern? Pada kesempatan ini akan dijelaskan mengapa hal ini terjadi.
- Keterbatasan Akses terhadap Informasi dan Pendidikan
Sebelum abad ke-18, akses terhadap pendidikan sangat terbatas dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, seperti bangsawan, agamawan, atau ilmuwan istana. Mayoritas masyarakat hidup dalam kondisi buta huruf dan tidak memiliki akses terhadap buku maupun institusi pendidikan. Selain itu, informasi ilmiah tersimpan dalam manuskrip yang sulit diperbanyak. Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15 menjadi titik awal revolusi informasi, tetapi butuh waktu hingga ratusan tahun untuk melihat dampaknya secara luas.
- Dominasi Penguasa (Otoritas Tradisional dan Keagamaan)
Perkembangan IPTEK juga terhambat oleh dominasi otoritas keagamaan dan tradisional yang seringkali menolak ide-ide baru yang bertentangan dengan doktrin yang berlaku. Contoh nyata adalah perlakuan terhadap ilmuwan seperti Galileo Galilei yang dihukum karena temuannya menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik dengan doktrinnya bahwa matahari mengelilingi bumi. Akibatnya pengetahuan tidak tumbuh, melainkan dibatasi oleh otoritas yang mengontrol narasi kebenaran. Banyak penemuan ilmiah dilarang atau dikubur karena dianggap berbahaya bagi tatanan yang ada.
- Infrastruktur Riset dan Kolaborasi Ilmiah Lemah
Dulu belum ada laboratorium modern, jurnal ilmiah, atau konferensi internasional. Ilmuwan bekerja sendirian atau diam-diam. Hingga akhir abad ke-17, belum ada sistem riset yang terorganisir, jurnal ilmiah baru dimulai, belum ada komunitas ilmiah yang saling bertukar gagasan secara rutin. Baru pada masa Revolusi Ilmiah muncul lembaga-lembaga seperti Royal Society di Inggris (1660) dan Académie des Sciences di Prancis yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan secara sistematis, pengetahuan mulai dibagikan dan dikritisi secara sistematis. Ini menjadi cikal bakal sistem riset seperti yang kita kenal sekarang. Perkembangan ini membuka jalan bagi metode ilmiah yang berbasis observasi, eksperimen, dan publikasi.
- Mulai Bangkit Ketika muncul Revolusi Industri
Revolusi Industri pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 menjadi titik balik dalam sejarah IPTEK. Kebutuhan akan teknologi baru mendorong kolaborasi antara sains dan praktik. Penemuan mesin uap, teknik manufaktur, dan teknologi transportasi membuka jalan bagi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu tidak lagi bersifat abstrak dan teoritis, tetapi menjadi alat yang sangat praktis dalam menjawab kebutuhan industri dan masyarakat. Ilmu pengetahuan mulai diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah nyata: transportasi, energi, produksi makanan, dan sebagainya.
- Ledakan Perkembangan IPTEK pada Abad ke-20 dan ke-21
Abad ke-20 ditandai dengan kemajuan luar biasa dalam berbagai bidang seperti fisika, kimia, biologi, teknologi informasi, dan kedokteran. Penemuan komputer, internet, kecerdasan buatan (AI), dan bioteknologi mendorong perkembangan IPTEK secara eksponensial. Kolaborasi internasional, sistem pendidikan massal, pendekatan interdisiplin, konvergensi teknologi, dan investasi besar dalam penelitian menjadikan ilmu pengetahuan berkembang lebih cepat dari sebelumnya. Pengetahuan kini tersebar secara global dalam hitungan detik melalui teknologi digital. Masuk ke abad ke-20, perkembangan IPTEK seperti roket yang lepas landas. Komputer ditemukan, internet menghubungkan dunia, dan pengetahuan bisa diakses siapa pun, kapan pun. Kolaborasi internasional makin mudah, riset dibiayai oleh negara dan perusahaan besar, dan hasilnya kita rasakan hari ini: dari vaksin COVID-19 yang dibuat dalam hitungan bulan, hingga robot yang bisa menulis dan menggambar selain menjalankan tugas pada industri manufaktur dan fabrikasi.
Perlambatan perkembangan IPTEK sebelum abad ke-18 bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan manusia, tetapi karena keterbatasan struktural, sosial, dan institusional. Baru ketika muncul kebebasan berpikir, akses terhadap pendidikan, infrastruktur riset, dan dukungan dari sistem ekonomi-politik yang stabil, IPTEK dapat tumbuh dengan pesat. Maka tak heran jika abad ke-20 dan ke-21 menjadi saksi loncatan luar biasa dalam sejarah ilmu pengetahuan manusia.
Jadi, Kenapa Dulu Lambat dan Sekarang Cepat? Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa dulu ilmunya tertutup, kini terbuka. Dulu terbatas pada segelintir orang, sekarang bisa diakses oleh siapa saja, dan kapan saja. Dulu IPTEK eksklusif, kini, cukup buka YouTube atau Google, dan dunia terbuka lebar. Perubahan sistem pendidikan, kebebasan berpikir, dukungan teknologi, dan kolaborasi global adalah kunci percepatan ini. Jadi, sekarang masyarakat semakin terbuka terhadap ide baru. Ilmuwan bebas berpikir, meneliti, dan berdiskusi secara global.
Siapa sangka? Dari zaman Galileo yang harus bersembunyi, kini kita hidup di era di mana siapa pun bisa belajar sains lewat ponsel di tangan. Mungkin justru sekarang kita harus bertanya: bagaimana kita memanfaatkan perkembangan IPTEK yang super cepat ini agar tetap manusiawi dan membawa manfaat?
- Fenomena Konvergensi Teknologi: Pendorong Utama Revolusi Inovasi Abad ke-20 dan 21
Di abad ke-21, dunia menyaksikan munculnya fenomena konvergensi teknologi, yaitu penyatuan dan integrasi antar berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang sebelumnya berkembang secara mandiri. Proses ini mempercepat laju inovasi dan menciptakan terobosan baru yang sebelumnya tak terbayangkan. Ray Kurzweil, seorang futuris dan teknolog ternama, menggambarkan proses ini sebagai bagian dari “Law of Accelerating Returns”, di mana kemajuan teknologi bukan hanya meningkat secara eksponensial, tetapi juga saling mempercepat satu sama lain karena adanya konvergensi lintas-disiplin (2).
Konvergensi teknologi adalah integrasi lintas disiplin antara berbagai bidang seperti bioteknologi, nanoteknologi, kecerdasan buatan (AI), teknologi informasi, dan neuroteknologi yang bekerja sama untuk mendorong terobosan yang tidak mungkin dicapai jika berdiri sendiri. Di masa lalu, penemuan dalam satu bidang umumnya berdiri sendiri dan memiliki dampak terbatas. Namun, saat ini, inovasi yang muncul di satu disiplin dapat segera dimanfaatkan oleh bidang lain, menghasilkan efek sinergis yang kuat. Contoh utama dari konvergensi ini adalah pengembangan sistem kesehatan cerdas, di mana kecerdasan buatan digunakan untuk menganalisis data genomik (bioteknologi) dengan dukungan sensor mikroskopis (nanoteknologi) dan ditampilkan melalui platform digital (teknologi informasi). Contoh lainnya adalah pada integrasi AI dan Bioteknologi, dimana sistem AI kini digunakan dalam desain molekul dan prediksi struktur protein seperti yang dilakukan oleh DeepMind dengan proyek AlphaFold, dalam merevolusi cara peneliti memahami dan mengembangkan obat (32). Bahkan keberhasilan AlphaFold dalam memprediksi struktur tiga dimensi protein adalah karena adanya integrasi AI dalam metoda tersebut.
Konvergensi teknologi merupakan kekuatan pendorong utama dalam transformasi dunia abad ke-21. Integrasi antara berbagai cabang teknologi mempercepat laju inovasi dan membuka potensi luar biasa dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, bersamaan dengan peluang tersebut, muncul pula tantangan kompleks yang memerlukan pendekatan interdisipliner dan kerangka regulasi yang adaptif. Pemahaman mendalam tentang konvergensi ini sangat penting bagi pembuat kebijakan, pendidik, ilmuwan, dan masyarakat umum dalam mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang serba terhubung dan cepat berubah.
DAMPAK DAN IMPLIKASI
Pertumbuhan eksponensial dalam teknologi membawa berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, kemajuan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup, efisiensi, dan konektivitas global. Di sisi lain, laju perubahan yang cepat dapat menyebabkan ketimpangan, disrupsi industri, dan tantangan etika yang kompleks. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pembuat kebijakan untuk memahami dinamika pertumbuhan eksponensial ini agar dapat merespons dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, serta memastikan bahwa manfaat teknologi dapat dinikmati secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Jadi perlu diantisipasi oleh pemegang kebijakan untuk mempersiapkan regulasinya.
Konvergensi teknologi membawa dampak luas tidak hanya secara teknis, tetapi juga dalam konteks sosial, ekonomi, dan budaya. Teknologi baru mengubah struktur pasar tenaga kerja, sistem pendidikan, sistem layanan kesehatan, bahkan struktur pemerintahan. Profesi baru bermunculan di sektor digital-biologis, sementara banyak pekerjaan tradisional digantikan oleh sistem otomatisasi. Di sisi lain, konvergensi juga menimbulkan tantangan etik seperti privasi data, bias algoritma, dan akses yang tidak merata terhadap teknologi canggih.
Dampak Konvergensi Teknologi: a) Percepatan Inovasi sehingga Inovasi saling mempercepat lintas bidang; b) Teknologi disruptif sehingga dengan munculnya teknologi baru yang mengubah tatanan lama; c) terjadi interdisiplin mindset sehingga mendorong kolaborasi antar-ilmu (sains, sosial, filsafat); d) terjadi transformasi ekonomi & sosial sehingga munculnya model bisnis baru, sistem pendidikan baru, dan tantangan etika baru.
Implikasi kurva eksponensial akan menyebabkan: a) Inovasi masa depan akan datang lebih cepat dan lebih radikal; b) Teknologi yang dulu hanya fiksi ilmiah dapat menjadi kenyataan dalam hitungan dekade; c) Apakah masyarakat siap menerima inovasi secepat ini?; d) Apakah regulasi dan etika mampu mengikuti laju teknologi?; d) Bagaimana kita memastikan distribusi manfaat IPTEK secara adil?
Percepatan IPTEK yang diikuti keterbukaan dan kolaborasi global antar ilmuwan memiliki dampak terhadap pemanfaatan bersama sumberdaya IPTEK global terutama untuk kepentingan kemanusiaan seperti dalam kejadian pandemi global. Keadaan ini memiliki implikasi terhadap kebijakan bahwa untuk kepentingan kemanusiaan global, negara pemilik isolat agen atau virus penyebab pandemi harus terbuka melaporkan genom tersebut untuk digunakan pembuatan vaksin, obat atau anti virus dan senyawa pengendali lainnya.
Percepatan perkembangan IPTEK seperti yang diperlihatkan pada pengembangan AlphaFold dalam mengembangkan metoda prediksi struktur 3 dimensi protein dimana hasil temuan AlphaFold kemudian diberikan akses kepada seluruh peneliti dunia untuk memanfaatkan metoda AlphaFold dalam prediksi struktur protein yang mereka miliki, kemudian hasil prediksi struktur protein tersebut disimpan pada Pusat data protein global agar bisa dimanfaatkan bersama. Keadaan ini membawa implikasi kepada seluruh negara untuk berlomba memanfaatkan kesempatan tersebut. Sehingga negara yang tidak serius mendukung perkembangan IPTEK akan rugi dengan sendirinya karena akan menjadi negara yang hanya mengndalkan hasil IPTEK negara lain, bukan sebagai bangsa yang mandiri dalam IPTEK.
PENUTUP
Dari uraian-uraian yang disajikan dalam tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Perkembangan IPTEK terjadi secara eksponensial dari abad ke-16 sampai abad ke-21 walaupun pada abad 16-19 relatif lambat (eksponensial biasa), dan pada abad ke-20 dan ke-21 meningkat pesat, dan perkembangan tercepat pada abad ke-20 dan ke-21 yang terjadi secara eksponensial ganda (double exponential).
- Terjadinya percepatan eksponensial ganda akibat teknologi makin kompleks dan saling mempercepat, digitalisasi dan otomatisasi mempercepat riset dan penerapan, inovasi masa lalu menjadi landasan bagi percepatan baru, dan model eksponensial Kurzweil bersifat kumulatif dan reflektif sehingga setiap percepatan membawa percepatan berikutnya.
- Percepatan perkembangan IPTEK juga menuju kepada keterbukaan dan sharing informasi terhadap kemajuan IPTEK dengan semangat kerjasama namun berkompetisi yang sehat agar menumbuhkan motivasi, semangat berkarya antar peneliti lintas negara seperti yang diperlihatkan dalam penemuan AlphaFold (metode prediksi struktur 3 dimensi Protein) yang dikompetisikan melalui CASP (Critical Assessment of Protein Structure Prediction) selama hampir 30 tahun. Dibukanya akses untuk memanfaatkan temuan seperti AlphaFold, sangat positif bagi negara yang memanfaatkannya terutama untuk sharing informasi dan peluang kerjasama global. Negara yang kurang serius dalam memajukan IPTEK akan semakin tertinggal jauh karena perkembangan IPTEK yang terjadi semakin cepat.
- Dengan perkembangan/ pertumbuhan IPTEK yang semakin cepat dan laju pertumbuhannya juga semakin cepat akan berdampak kepada tingginya jumlah teknologi dan inovasi pada masa mendatang. Dengan semakin cepatnya inovasi baru muncul memiliki implikasi terhadap lapangan pekerjaan dan jenis usaha yang cepat berubah, akan banyak inovasi dan keterampilan yang menjadi usang digantikan dengan yang baru. Oleh karena itu manusia harus menguasai metaskil atau belajar sepanjang khayat agar dapat terus mengikuti perubahan yang terjadi.
- Diprediksi sebagian temuan IPTEK yang akan dihasilkan pada masa mendatang berupa teknologi disruptif sehingga akan merubah cara manusia berbisnis, merubah tatanan lama, merubah sistem pendidikan, sistem transportasi, cara berkomunikasi, juga akan merubah media komunikasi, dlsb.
- IPTEK Modern merupakan hasil gotong royong berbagai disiplin ilmu atau interdisiplin. Di era ini, kita butuh tim dengan berbagai latar belakang ilmu untuk menaklukkan tantangan zaman. Jadi, siapa pun yang tertarik pada masa depan haruslah belajar banyak hal, dan bekerja sama lintas bidang, yang menjadi kunci utama kemajuan IPTEK masa depan.
- Tantangan ke depan adalah bagaimana mengelola inovasi agar selaras dengan nilai etis, keadilan sosial, dan keberlanjutan.
KEPUSTAKAAN
- (2021). Science Report: The Race Against Time for Smarter Development. Paris: UNESCO Publishing.
- Kurzweil, R. (2005). The Singularity is Near: When Humans Transcend Biology. Viking.
- https://en.wikipedia.org/wiki/Civilization?utm_source=chatgpt.com . Civilization. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://picgarut.id/7-unsur-kebudayaan/?utm_source=chatgpt.com . Tujuh Unsur kebudayaan. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://www.britannica.com/story/history-of-technology-timeline?utm_source=chatgpt.com Akses tgl 27 Juni 2025.
- https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_technology?utm_source=chatgpt.com. History of Technology. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://www.wired.com/2009/05/st-islamtech/?utm_source=chatgpt.com. Fathers of Invention: What Muslims Gave the Scientific World. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://www.thoughtco.com/16th-century-timeline-1992483?utm_source=chatgpt.com. 16th Century Timeline 1500–1599. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_Revolution?utm_source=chatgpt.com. Scientific Revolution. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://www.oneartikel.com/pengetahuan/112689/sejarah-dan-perkembangan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi/?utm_source=chatgpt.com. Sejarah dan Perkembangan IPTEK. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://time.com/3935243/the-history-of-human-innovation/?utm_source=chatgpt.com. The History of Human Innovation. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://abddebaran.blogspot.com/2024/11/sejarah-perkembangan-iptek-di-indonesia.html?utm_source=chatgpt.com. Sejarah Perkembangan IPTek di Indonesia – Pertemuan 1. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- Hernandez, V, 2019b. “Molecular Structure of Nucleic Acids: A Structure for Deoxyribose Nucleic Acid” (1953), by James Watson and Francis Crick”. Embryo Project Encyclopedia (2019-10-31). ISSN: 1940-5030 http://embryo.asu.edu/handle/10776/13134.
- F., S. Nicklen, and A. R. Coulson. 1977. DNA sequencing with chain-terminating inhibitors. Proc Natl Acad Sci U S A. 1977 Dec; 74(12): 5463–5467. doi: 10.1073/pnas.74.12.5463.
- Venter, J. C, Hamilton O Smith, Mark D Adams. 2015. The Sequence of the Human Genome. Clinical Chemistry, Volume 61, Issue 9, 1 September 2015, Pages 1207–1208.
- Jennifer A. And Emmanuelle Charpentier. 2014. The new frontier of genome engineering with CRISPR-Cas9. CRISPR-cas: A revolution in genome engineering. Science • 28 Nov 2014 • Vol 346, Issue 6213 • DOI: 10.1126/science.1258096.
- https://roboguru.ruangguru.com/forum/perkembangan-iptek-setelah-abad-ke-20_FRM-M1Q0UT5K?utm_source=chatgpt.com. Perkembangan IPTEK setelah abad ke-20. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- Bell, D. (1973). The Coming of Post-Industrial Society. New York: Basic Books.
- Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum.
- The Lancet. (2020). The COVID-19 Vaccine Race. The Lancet, 396(10255), 1462.
- Buzan, Barry & Ole Wæver. 2003. Regions and Powers: The Structure of International Security. Cambridge University Press. 564 pp.
- https://www.uspto.gov/ diakses tgl 28 Juni 2025. United State Patent and Tradmark Office.
- https://www.wipo.int/portal/en/index.html diakses tgl 28 Juni 2025. ttg paten internasional/PBB, World Intelectual property Organization.
- Kuhn, T. S. (1962). The Structure of Scientific Revolutions. University of Chicago Press.
- Roco, M. C., & Bainbridge, W. S. (2002). Converging Technologies for Improving Human Performance: Nanotechnology, Biotechnology, Information Technology and Cognitive Science. National Science Foundation.
- Harari, Y. N. (2016). Homo Deus: A Brief History of Tomorrow. Harper.
- https://en.wikipedia.org/wiki/Gordon_Moore?utm_source=chatgpt.com. Gordon Moore. Diakses tgl 3 Juli 2025.
- https://www.researchgate.net/figure/A-Increased-number-of-scholarly-journals-from-their-birth-1665-The-predicted-number_fig1_366737579 akses tgl 23 juni 2025.
- https://en.wikipedia.org/wiki/Journal_des_s%C3%A7avans?utm_source=chatgpt.com akses tgl 23 juni 2025. ttg Journal des sçavans. Data jurnal sejak 1665 mengikuti pola eksponensial per abad: 10 → 100 → 10 000 → 100 000.
- https://idp.canberra.edu.au/idp/origin-idp-discovery/?entityID=https%3A%2F%2Fidp.canberra.edu.au%2Fidp%2Fshibboleth&return=https%3A%2F%2Fidp.canberra.edu.au%2Fidp%2Fprofile%2FSAML2%2FPOST%2FSSO%3Fexecution%3De1s2%26_eventId_proceed%3D1 akses 23 juni 2025,
- https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10024814/?utm_source=chatgpt.com akses tgl 23 Juni 2025.
- Jumper, J., et al. (2021). Highly accurate protein structure prediction with AlphaFold. Nature, 596, 583–589.
- Bornmann, Lutz., and Rüdiger. Mutz. 2015. Growth rates of modern science: A bibliometric analysis based on the number of publications and cited references. The Journal of the Association for Information Science & Technology: JASIST, vol. 66(11), pp. 2215–2222.
- Bostrom, N. (2014). Superintelligence: Paths, Dangers, Strategies. Oxford University Press.