Subjek R-21: Yang Kembali Bukanlah yang Pergi

Pemuda itu berdiri kaku di hadapan cermin, tubuhnya tegap tapi tatapannya kosong. Matanya menelusuri tiap garis di wajahnya, berusaha mencari sesuatu yang bisa mengikat identitas yang diberi kepadanya, Arga. Nama itu tertera di dokumen resmi, di panggilan orang-orang, bahkan dalam suaranya sendiri saat memperkenalkan diri.

Namun, di dalam kepalanya, ada sesuatu yang terus menolak. Raka. Satu kata. Satu nama. Bukan milik siapa pun di sekitarnya. Tapi juga bukan hal yang asing baginya. Nama itu muncul tanpa permisi, berbisik di sela-sela tidur, menjerit dalam keheningan, mengendap-endap mengganggu saat pikirannya mencoba untuk tenang.

Ia tidak tahu sejak kapan nama itu mulai muncul. Tapi yang jelas, semakin keras ia mencoba mengabaikan, semakin kuat gema itu menuntut sebuah pengakuan. Potongan ingatan menghantamnya dalam kilasan: cahaya matahari yang menyelinap di sela tirai kamar, aroma teh hangat, suara lembut perempuan yang menyanyi dalam nada yang menenangkan. Lalu muncul jeritan dan suara pintu mobil yang dibanting dengan keras.