Journey of Life Memoar Mencari Permata yang Hilang

Perpindahan seorang perempuan dan keluarganya ke Jogja tidak membuat segalanya menjadi mudah. Mereka harus menghadapi berbagai kemelut dalam hidup. Dimulai saat mereka harus terusir secara halus dari kontrakan yang belum genap satu tahun mereka tinggali. Rumah orangtua kebakaran, mertua jatuh sakit dan berakibat struk.

Suatu saat setelah mereka pindah ke rumah kontrakan yang baru. Mereka sangat akrab dengan embah pemilik kontrakan. Embah sering berpesan, ” Le, Nduk. Manggonuno, saklawase, sak anak putumu, ojo lungo (Le, Nduk, tinggalan di sini, selamanya, se-anak cucumu, jangan pernah pergi).”

Siapa sangka rupanya pesan tersebut mengandung arti yang sangat dalam. Kelak setelah Mbah meninggal rumah beliau dibeli oleh Si prempuan dan keluarganya. Namun mereka harus mencari anak semata wayang embah yang telah pergi selama lebih dari 40 tahun. Pencarian si Anak yang Hilang tidaklah mudah. Penuh perjuangan, onak, dan duri. Melibatkan banyak orang, dan banyak instansi. Bertahun-tahun pencarian tersebut berlangsung. Banyak  intrik di dalamnya. Ada pengkhianatan, ada persengkokolan. Ketika terlihat mulai ada cahaya ternyata kabut kembali  datang.

Buku ini bukan sekadar memoar, melainkan juga sebuah perjalanan jiwa seorang perempuan yang tangguh, penuh kasih, dan tak lelah mencari makna di sepanjang perjalanan dan kehilangan. Pembaca disuguhkan berbagai untaian kisah nyata yang ditulis dengan jujur, menyayat, dan juga penuh cinta.

―Arafat Nur, penulis penerima Kusala Sastra Khatulistiwa 2011