Buku kecil ini mengisahkan perjuangan hidup seorang Ibu buta aksara, isteri seorang bapak pamong desa. Bagaimana dia mengurus ekonomi keluarga, membesarkan ke-enam anaknya, menyekolahkannya dan sampai mengarap sawah menjadi tanggung jawabnya.
Sebelum para ahli lingkungan memperkenalkan sistem pemberantasan hama dengan predator, bukan dengan racun, ternyata beliau sudah lebih dulu menerapkannya.
Untuk memberantas walang sangit, hama padi musuh petani, Ibu kreatif ini sudah menerapkan sistem pemberantasan hama dengan predator: Minta bantuan burung-burung. Galah-galah bambu bercabang ditancapi ketam lalu ditancapkan di sawah yang padinya baru merkatak; bau menyengat ketam yang mulai membusuk mengundang para belalang. Belalang “walang sangit” lebih tertarik mengerubuti bangkai ketam yang berbau menyengat daripada makan bulir padi muda. Sementara itu cabang galah bambu juga menjadi tempat bercengkerama berbagai burung: sikatan, srigunting, walet dan kacer.
Mereka akan selalu datang untuk berpesta walang sangit yang sedang mengerumuni ketam.
Tentu ini ide hebat di waktu itu.
Kalau guru besar ekonomi mengajarkan ilmu dasar ekonomi: If you sell something what you have to someone who in need, it is not a bussines…. Yang namanya bisnis adalah, kalau kamu bisa menjual barang yang bukan milikmu kepada seseorang yang – awalnya – tidak membutuhkan barang itu, tetapi berkat bujuk-rayumu, akhirnya dia membelinya.
Inilah yang namanya bisnis. How to negotiate and how to be the winner! Ini sudah dipraktekkan Ibu. Jauh sebelumnya.
Diharapkan buku ini akan memberikan inspirasi bagi para pembacanya, terutama generasi muda dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan menyiapkan masa depannya.
Reviews
There are no reviews yet.